Sunday, February 24, 2008

Coca Cola Baru di Tahun 2008


Suami saya senang mengamati barang-barang di supermarket! Dibanding saya, yang statusnya adalah ibu-ibu, bapak satu ini jauh lebih gemar belanja di supermarket entah untuk keperluan bayi (pampers, makanan, susu, dll) atau untuk cemilan-cemilan ringan di rumah. Karena hobinya ini jadilah suami saya pengamat tetap beberapa supermarket di Jakarta lengkap dengan laporan produk-produk terbaru.

Suatu hari pulang dari kantor suami saya membawa kantong belanja hasil berburu di Carefour. Dengan semangat dia mengeluarkan dua buah kaleng minuman Coca Cola dari dalam kantong. Tadaaaaaaaaaa... Coke baru, katanya. Dia beli coke ini untuk saya foto kalau lagi iseng. Dan hari ini saya iseng...


Dan... hey saya menemukan sesuatu yang aneh pada kemasan kedua kaleng Coca Cola ini :

- Pada kemasan Diet Coke terdapat tulisan : "Minuman berkalori rendah beraroma Kola" dan dibawahnya terdapat tabel Informasi Nilai Gizi yang menyatakan bahwa minuman ini memiliki kandungan kalori sebesar 0.3 kkal.

- Pada kemasan Coca Cola Zero terdapat tulisan : "Minuman ringan berkarbonasi rasa kola tanpa kalori" dan dibawahnya terdapat tabel Informasi Nilai Gizi yang menyatakan bahwa minuman ini memiliki kandungan kalori sebesar 0.6 kkal.

Hmmm... Mungkin PT. Coca Cola harus meninjau ulang lagi pernyataannya. Hihihi

Dandy In Memorial



















Cerita tentang makhluk centil lainnya... Ini adalah jenis anjing pomeranian yang terkenal di Indonesia. Anjing kecil mungil berbulu panjang yang mengembang, dengan suara gonggongan khas yang tinggi dan tingkahnya yang selalu lincah.

Walaupun meng"klaim" tidak menyukai anjing berbulu panjang, akhirnya saya membeli seekor pom berwarna cokelat beberapa tahun yang lalu. Tapi saat itu saya masih termasuk mahkluk nomaden. Keadaan memaksa saya untuk berpindah-pindah tempat tinggal dari rumah ke rumah lain.

Karena salah seorang tante saya sedang menginginkan seekor pom maka dia dengan senang hati menerima tumpangan seekor anak anjing pom, yang bernama Dandy (sesuai dengan nama di surat lahirnya). Tapi rupanya anjing ini tidak berjodoh dengan saya, jadi sampai pada saat saya harus mengambil anjing ini dari rumah tante rupanya dia sudah menjadi bagian keluarga tante saya tanpa disadari.

Melihat betapa tante saya mencintai anjing itu juga, sama seperti halnya Dandy menyayangi tante saya, akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan Dandy di rumah itu selamanya.... Tapi akhirnya Dandy pun tidak lagi menetap di rumah tante karena para penculik anjing! Orang-orang yang mengambil cinta orang lain untuk keuntungan sendiri. Penjahat tanpa hati yang seharusnya hilang dari dunia ini!!!

Walaupun entah dimana Dandy sekarang, tapi coba sebut namanya di depan tante saya. Dia akan langsung memulai banyak cerita manis tentang anjing ini dengan wajah berbinar. Satu-satunya anjing yang disayangi dari dalam hatinya...

Puppy - The Cutest Thing In The World!
















Foto ini diambil duluuuuuu sekali waktu awal kenal kamera. Fotonya blur, fokus kemana-mana, belum lagi masalah lighting yang aneh. Hahaha. Tapi karena objeknya begitu cantik, jadi foto ini benar-benar memiliki arti yang berbeda buat saya...

Mochi, Cinta Yang Terhilang




















Ini dia poodle putih yang bernama Mochi. Cikal bakal adanya Curly di rumah (baca blog sebelumnya. Hehehe). Mochi ini salah satu anjing paling berkesan yang pernah saya temui. Bisa dibilang cinta pada pandangan pertama... Tapi yang jatuh cinta pertama kali adalah si anjing, bukan saya!

Mochi ini salah satu anjing teman saya, sesama pemilik anjing. Saya sendiri bukan fans anjing ras jenis poodle, malah saya tidak suka jenis-jenis anjing berbulu panjang yang kelihatannya ramah, manja dan kelihatan lemah. Makanya waktu pertama kali melihat Mochi, saya hanya bersikap dingin.

Tapi rupanya anjing satu ini tiba-tiba merasa jatuh cinta pada manusia dan mulai mengikuti saya kemana-mana. Lebih dari itu, anjing ini bahkan lebih menurut pada kata-kata saya dibanding tuannya. Akhirnya seperti manusia normal lainnya, saya luluh juga oleh anjing ini. Yah mana ada manusia yang menolak untuk dicintai? Iyakan? Hehehe

Walaupun sampai sekarang Mochi bukan menjadi miliki saya, (Rupanya cintanya harus putus di tengah jalan... Sayang sekali) tapi anjing ini tetap menjadi satu bagian indah dalam hidup saya. Foto ini diambil ketika Mochi sedang menginap di rumah saya untuk beberapa hari. Apa dia terlihat bahagia?

Saturday, February 23, 2008

Seekor Poodle Bernama Curly

Ganti suasana sebentar. Kali ini cerita tentang seekor anjing yang bisa dianggap "anak tiri" di rumah bernama Curly. Dikatakan sebagai "anak tiri" karena memang selama ini nama CURLY paling jarang saya sebutkan dalam cerita-cerita seru saya mengenai anjing di rumah. Ketika sekali atau dua kali saya menyebut nama "Curly" biasa teman-teman saya akan langsung melanjutkan dengan "Siapa Curly?" dan saya harus memberi penjelasan panjang lebar mengenai anggota keluarga lain yang sebenarnya sudah ada dari dulu tapi memang hampir tidak pernah disebut namanya dan dilanjutkan dengan mengirimkan foto Curly. Hahaha. Jadi kali ini saya akan bercerita tentang "anak tiri" di rumah saya ini... CURLY

Poodle kecil ini dulu dibeli karena saya sedang kangen dengan seekor poodle bernama Mochi. Anjing ini milik teman saya, tapi entah mengapa Mochi kelihatan lebih menyayangi saya daripada majikannya sendiri. Dulu Mochi sering ikut saya pulang ke rumah dan tinggal selama beberapa hari di rumah. Tapi karena memang saya bukan pemilik sah-nya jadi suatu hari saya terpaksa berpisah dengan Mochi.

Karena teringat akan kelucuan Mochi, akhirnya saya memutuskan untuk "meminjam" seekor anak poodle dari teman saya dan dari "meminjam" ini akhirnya Curly tidak pernah keluar lagi dari rumah saya. Memiliki seekor anjing tentu sangat menyenangkan, apalagi seekor anjing mungil yang manis. Tapi masalahnya adalah saya sudah memiliki dua ekor anjing Daschund yang secara resmi sudah menjadi anggota keluarga tetap kami dan saya sedang hamil besar waktu itu!

























Karena kesibukan mempersiapkan kedatangan seorang bayi, akhirnya latihan disiplin Curly menjadi terlantar dan saya benar-benar merasa bersalah untuk hal ini. Curly tumbuh menjadi anjing poodle yang terlalu lincah dan memiliki segudang masalah dengan kulit dan bulunya. Dokter hewan langganan kami menyatakan Curly adalah keturunan anjing yang memiliki masalah dengan kulit yang cukup parah. Hal ini tidak bisa diobati karena sudah menjadi bawaannya. Curly mudah terserang sakit kulit!!! Dan dokter menyarankan untuk "membuang" anjing ini, tapi waktu itu kami berkeras untuk merawatnya.

Musibah terjadi setelah hampir setahun Curly tinggal bersama kami. Waktu itu kedua anjing daschund kami dikaruniai oleh 4 ekor anak yang lucu. Anak saya sendiri sudah lahir dan baru berusia 3 bulan. Sungguh masa-masa yang amat sibuk, karena kami tidak memiliki pembantu ataupun baby sitter. Saya dan suami harus benar-benar bekerja sama untuk merawat bayi, anjing, anak anjing dan kebersihan rumah.

Di tengah-tengah segala kesibukan itu, Curly membawa masalah dengan sakit kulitnya. Hal ini diperparah dengan menularnya sakit kulit itu ke semua anjing kami! Sebenarnya sakit kulit ini pernah beberapa kali terjadi selama saya hamil. Perawatannya adalah kami harus mengusapkan obat pada kulit Curly secara teratur sehari dua kali. Waktu itu kami masih memiliki seluruh waktu kami untuk anjing-anjing di rumah, dan merawat Curly yang bermasalah tidak menjadi beban. Tapi sekarang... dengan seorang bayi manusia dan 7 ekor anjing yang sakit kulit! Hal ini menjadi bencana!


























Tapi untunglah ada seorang teman yang berbaik hati dan bersedia menampung Curly dan keempat anak anjing yang sedang sakit kulit di rumahnya. Kedua daschund kami tetap di rumah dibawah perawatan kami sendiri. Dua ekor anjing sakit dan satu bayi, kami masih sanggup mengatasinya!

Beberapa bulan kemudian semuanya menjadi normal seperti biasa. Semua anjing kembali sehat dan kulitnya kembali normal dan saya mulai melupakan Curly karena rasanya sudah begitu lama dia tidak bersama kami lagi, sampai suatu hari teman kami menyatakan bahwa Curly sudah mulai tidak terurus.


























Akhirnya kami membawa Curly kembali ke rumah. Malam pertama dihabiskan saya untuk memangkas seluruh bulunya yang kusut dan memandikannya. Karena sudah berbulan-bulan Curly tidak bersama kami lagi, tentu ada kekuatiran kalau anjing-anjing saya yang lain tidak segitu mudahnya menerima kehadiran Curly bersama kami.

Minggu-minggu pertama memang cukup gaduh. Pertengkaran di tengah malam yang memaksa saya turun dari tempat tidur dan mendamaikan mereka, kulit Curly yang berdarah sedikit di kanan kiri akibat cakaran teman-teman barunya. Karena kuatir saya memutuskan untuk kembali merelakan Curly untuk diasuh oleh keluarga baru. Pada tahap ini terjadi beberapa perdebatan antara saya dan suami sampai akhirnya keputusan akhirnya adalah "Curly akan menetap selamanya di rumah kami!"























Selepas minggu pertama keadaan mulai membaik. Keributan di malam hari jadi jauh berkurang, Curly yang sekarang sudah menjadi anjing dewasa menjadi jauh lebih tenang dan mudah diatur. Dan sekarang ini mereka selalu tidur bersama-sama saling menghangatkan tanpa ada keributan yang berarti.

Sekarang, Curly sudah menjadi bagian dari keluarga kami... Selamat datang kembali Nak!!!

Foto Bayi

Entah sejak kapan saya berhenti membuat foto Carl. Setelah hampir setahun menghabiskan waktu untuk menangkap semua perubahan Carl, saya mulai bosan untuk mengejar-ngejar "precious moment" dari bayi saya. Lebih parah lagi, saya mulai kehilangan minat untuk memotret apapun...

























Tapi akhirnya setelah 3 bulan berlalu, saya mengambil kamera lagi dan mencoba membuat bidikan yang melukiskan Carl di usia lima belas bulannya ini. Sebenarnya dorongan untuk memotret masih belum ada, tapi rasanya kasihan oma-nya (mama saya yang sekarang tinggal di negara yang amat jauh) jika saya sampai menghentikan dokumentasi perkembangan Carl.

























Entah kenapa saya malah merasa kesulitan untuk mulai mengambil foto Carl sekarang ini. Kemampuan saya juga rasanya semakin merosot dan Carl juga semakin sulit untuk dibujuk agar mau diam. Memegang kamera sambil menjaga anak sekaligus bukan hal yang mudah!

























Baru saja saya selesai merapikan bajunya, dia sudah langsung berulah lagi. Setelah bergulat yang diiringi oleh teriakan-teriakan perang akhirnya saya berhasil membuat Carl duduk tenang. Ok selanjutnya tinggal membuat foto yang bagus. Saya mundur beberapa langkah, sok mengatur komposisi foto, dan.... oh baguslah Carl masih tenang. Sekarang yang menjadi masalah adalah lensa yang saya gunakan. Lensa ini adalah lensa manual focus, yang artinya saya harus memutar lensa ini dengan tangan saya agar gambarnya bisa tajam. Carl bergerak sedikit, fokusnya sudah hilang. Bukan cuma Carl yang menjadi masalah sekarang ini, mata saya sendiri akhirnya sakit karena terlalu berkonsentrasi pada layar kecil yang harus diintip dengan sebelah mata. Maju mundur, maju mundur, akhirnya fokusnya dapat dan... KLIK! Aaaaaaaargh anak itu hilang dari tempatnya!

























Kira-kira begitulah perjuangan saya untuk memotret anak bayi yang sedang aktif-aktif nya ini. Walaupun hasilnya seadanya tapi setidaknya cara memotret yang penuh usaha dan keringat ini bakal dikenang di kemudian hari. Walaupun banyak lensa yang sudah otomatis tapi sampai sekarang saya dan suami masih memakai lensa yang sulit dipakai ini, dan dari lensa ini juga nama Carlson diambil... Bisa tebak nama lensanya?

Ancol Le Bridge

Sebelum ke pantai berpasir, Carl pergi ke Ancol seminggu sebelumnya. Tapi waktu itu kita hanya main di sekitar jembatan kayu saja. Wah pokoknya bukan tempat yang asyik untuk bayi deh jembatan kayu itu! Sepanjang jembatan, banyak pasangan yang sedang memadu kasih dan mereka seperti sedang berlomba-lomba menjadi pasangan paling romantis dan paling mesra. Semua berpelukan erat, bertatap-tatapan dengan mata sayu, senyum manis mengembang...



















Membawa Carl yang sedang memasuki tahap selalu ingin tahu ke tempat yang begitu "romantis" benar-benar menjadi gangguan. Jalannya yang masih goyang membuat Carl selalu "hampir" menabrak pasangan-pasangan romantis itu. Belum lagi melihat bayi di tengah-tengah kemesraan, pasti mengingatkan mereka tentang tanggung jawab apabila 'sesuatu terjadi'. Hahaha. Benar-benar bayi perusak suasana.

























Karena alasan ini juga akhirnya minggu depannya kita ngga mau lagi membawa Carl ke Jembatan Romantis itu karena memang disamping kita merusak suasana bagi orang-orang yang tengah dimabuk cinta, kita pun merasa sangat-sangat tidak nyaman. Hehehe.

























Tapi di antara orang-orang yang berpasangan itu, ada juga kumpulan orang yang nongkrong di sana untuk berbagai keperluan : iseng sambil duduk beramai-ramai, acara 'pemotretan' bersama para 'mbak-mbak ayu', ada juga yang merekam video entah untuk keperluan apa. Nah yang paling ngga habis pikir itu, ada seorang cowok tiba-tiba minta ijin untuk mengambil gambar Carl sama dia. Hahaha. Sejak kapan cowok juga jadi penggemar bayi? Rasanya lucu dan tidak biasa sih kalau bagi saya sendiri. Tapi... apa sih yang tidak aneh di dunia ini?

Kepiting dan Jari

Waktu kecil kadang-kadang mama membawa saya berlibur ke pantai. Sekarang hampir semua kenangan tentang pantai itu terlupakan, tapi satu yang saya ingat adalah kesenangan saya mengejar-ngejar kepiting kecil yang oleh mama saya dipanggil "yuyu".

"Yuyu" kecil ini biasa berlari-lari di atas pasir, bahkan warnanya pun hampir sama dengan pasir kecoklatan yang ada di pantai pulau Jawa ini. Menangkap "yuyu" bukan pekerjaan mudah karena mereka dapat bergerak cepat dan berbelok-belok dengan tangkas bila diperlukan. Belum lagi lubang-lubang persembunyian mereka terhampar di seluruh pantai. Kadang menggali lubang ini pun tidak membawa hasil, karena dalam beberapa sentimeter saja kita sudah kehilangan jejaknya.

Nah beberapa hari yang lalu saya pergi ke pantai dan seperti terbawa kebiasaan masa kecil, ketika melihat seekor "yuyu" mungil di pantai Ancol yang kotor pun, tangan saya otomatis langsung mengejar-ngejar si "yuyu". Hup hup hup... Ternyata gerakan saya sekarang semakin melambat, entah karena usia atau karena tubuh saya yg sekarang sudah membesar tiga sampai empat kali ukuran normal saya dulu. Hahaha.

Akhirnya saya menyerah untuk menangkap "yuyu" dengan "cara bersih". Saya mulai meraup pasir di sekitar "yuyu" itu berada. Setelah tiga kali percobaan akhirnya "yuyu" itu berada di genggaman dan saya mulai memperhatikan gerakan si "yuyu" sambil bernostalgia bersama suami.

Saya coba memperkenalkan si "yuyu" kecil pada Carl, bayi saya, tapi sepertinya percuma. Carl lebih tertarik main pasir dan mengejar-ngejar sampah dibanding si "yuyu" yang sedang berusaha meloloskan diri dari tangan raksasa. Akhirnya dengan berat hati saya melepas si "yuyu" dan dia pun hilang ke dalam salah satu lubang di pantai Ancol.


















Sekarang tentang jari... Kalau diperhatikan foto jari saya di atas, bisa dilihat pada jari bagian bawah terdapat sebuah bekas luka berbentuk lingkaran. Letaknya tepat di atas kuku jari. Ini salah satu bekas luka yang paling berkesan. Salah satu kenang-kenangan masa kecil juga...

Waktu itu orang tua saya sedang tidak ada di rumah. Hanya ada seorang pembantu yang sedang sibuk di kamarnya sendiri. Dengan semangat saya mencoba bermain-main dengan segala macam yang selama ini dilarang oleh orang tua saya. Kapan lagi saya bebas tanpa pengawas.

Dengan penasaran saya mulai membongkar barang-barang mama saya dan mengambil sebuah gunting kain. Mama selalu melarang saya bermain dengan gunting yang satu ini. Gunting ini begitu istimewa, berbeda dengan gunting-gunting lain yang biasa saya gunakan. Gunting saya tidak bisa memotong kain dengan baik, tapi gunting ini bisa. Saya sering melihat mama memotong kain dengan gunting ini.

Segera saya ambil kain-kain perca dan mulai mencoba gunting hebat ini. Waaaah memang hebat! Kain terpotong dengan rapih dan begitu mudah. Semakin banyak kain yang terpotong, saya semakin bersemangat menggerakkan gunting sampai.... Yah apa yang bisa diharapkan dari seorang anak kecil dengan sebuah gunting besar yang tajam?

Saya memotong ujung jari saya sendiri!!! Hahaha. Karena panik saat ini saya tidak sempat menangis, bahkan rasa sakitnya tidak saya rasakan. Saya hanya panik jika sampai ketahuan oleh mama karena bermain dengan guntingnya. Seumur hidup baru pertama kali itu saya melihat darah saya mengalir begitu banyak. Saya perhatikan lagi, daging saya hampir putus oleh gunting hebat itu.

Dengan cepat saya menuju kran air dan mencoba mencuci luka yang menganga. Dibawah siraman air, darah saya terlihat mengerikan, air berubah warna menjadi merah. Saya tunggu beberapa saat tapi darah tidak berhenti mengalir. Akhirnya saya mengambil es batu dan menaruhnya disekeliling luka. Berhasil! Ngga lama kemudian darah berhenti mengalir. Bagian daging yang hampir terlepas saya tempel kembali ke tempatnya dan berharap bisa menyatu kembali.

Saya rapatkan dengan band-aid, membersihkan gunting dari ceceran darah dan membuang kain-kain yang berserakan. Mama tidak pernah menanyakan luka di jari saya dan hari itu saya lolos dari semua kenakalan saya. Hehehe.

Daging yang hampir terlepas itu berhasil menyatu kembali dengan jari saya, tapi tetap saja meninggalkan bekas. Daerah yang dulu terlepas itu memiliki warna lebih pucat dibanding warna kulit jari tangan saya. Tapi ngga apa-apa, ini akan menjadi kenangan saya seumur hidup.

Friday, February 22, 2008

Belajar Tentang Pantai

Sebagai bayi, setiap hari seperti sebuah petualangan. Menemukan hal-hal baru, mempelajarinya dan mencoba banyak kegiatan baru. Ini juga salah satu pengalaman baru bagi Carl (bayi laki-laki saya yang selalu ingin tahu) yaitu mempelajari tentang pantai...

Di Jakarta memang bukan tempat yang ideal untuk mempelajari pantai. Di sini nggak ada pantai yang indah dan bersih, tapi bagaimanapun juga Carl memang belum pernah melihat pantai sesungguhnya. Jadi pantai cokelat penuh dengan sampah malah menjadi surga indah dengan banyak harta karun.

























Sejak pertama kali melangkahkan kaki di pasir, kepala si kecil selalu tertuju ke bawah. Kakinya sibuk berlari ke sana kemari, jatuh sesekali (yang tentu saja membuat saya mengusap dada karena pasir kotor yang menempel di seluruh pakaiannya), untuk kemudian bangun berlari lagi.

























Satu hal yang paling membanggakan dari Carl adalah sifatnya yang senang bereksplorasi tanpa rasa takut. Semangatnya yang tinggi, tidak takut jatuh, tidak mudah menangis untuk kemudian bangkit lagi dengan kekuatan sendiri, sering menimbulkan decak kagum orang tua lain. Entah dari mana keberanian itu berasal, saya tidak berani menyatakan bahwa hal itu hasil didikan kami sebagai orang tua atau memang sudah sifat yang sudah dibawa Carl. Tapi satu hal yang pasti, saya senang sekali melihatnya menjadi bayi yang mandiri, berani dan penuh semangat.

























Hari itu, Carl sudah melukiskan sendiri kenangannya di atas pasir pantai. Walaupun dia masih terlalu kecil untuk mengingat semuanya, tapi bagi kami orang tuanya hal-hal kecil seperti ini sangatlah berarti...